Situs Media Informasi Kantor Imam Ali Khamenei

Teruskan Perjuangan Legal dan Moral Kalian

Imam Ali Khamenei menganggap masalah Palestina sebagai masalah umum yang paling penting dan menjadi permasalahan utama bersama bagi umat Islam saat ini dan berkata, “Kebijakan sistem kapitalis yang menindas, telah menghalangi penduduk asli suatu negara dari rumah tinggal mereka dan telah menempatkan rezim teroris dan orang asing untuk menguasai tanah mereka.”

Mengacu pada logika yang sangat lemah dari pembentukan rezim Zionis, Pemimpin Revolusi Islam Iran menambahkan, “Orang-orang Eropa mengaku telah menindas orang Yahudi selama Perang Dunia Kedua, tetapi mereka mengatakan bahwa balas dendam orang Yahudi harus dilakukan dengan menggusur sebuah bangsa yang ada di Asia Barat dan melakukan kekejaman di negara itu. Dengan cara ini, sebenarnya mereka sendiri telah melanggar semua klaim palsu mereka tentang hak asasi manusia dan demokrasi!”

Mengingat fakta bahwa "Sejak hari pertama, orang-orang Zionis telah mengubah Palestina yang dirampas menjadi sebuah basis terorisme," beliau menambahkan, " Israel bukanlah sebuah negara, tapi garnisun teroris untuk melawan bangsa Palestina dan bangsa-bangsa Muslim lainnya. Perang terhadap rezim haus darah ini adalah perang melawan penindasan dan perang melawan terorisme, dan ini adalah tugas semua!”

Merujuk pada peristiwa sebelum pembentukan rezim perampas -yakni “Keterlibatan aktif Barat di wilayah tersebut dan pemberdayaan pemerintahan tirani atau diktator"-, Imam Khamenei menganggap bahwa kelemahan dan perpecahan di tengah umat Islam telah membuka jalan bagi malapetaka perampasan Palestina. Beliau menambahkan, “Kubu kapitalisme maupun komunisme melakukan sinergi dengan qarun-qarun Zionis. Inggris menyusun dasar konspirasi dan menindaklanjutinya. Para kapitalis Zionis menjalankannya dengan uang dan senjata, dan Uni Soviet adalah pemerintahan pertama yang mengakui pembentukan rezim ilegal dan mengirim sejumlah besar orang Yahudi ke sana.”

Pemimpin Revolusi menggambarkan keadaan dunia saat ini dan keseimbangan kekuatan yang berpihak pada dunia Islam, dengan mengutip berbagai peristiwa politik dan sosial di Eropa dan Amerika Serikat seperti "kisruh pemilu di AS dan skandal para pemimpinnya yang ambisius" dan "konfrontasi AS-Eropa yang gagal dalam melawan virus corona yang telah menyebar dan margin mereka yang sangat memalukan", beliau menambahkan bahwa semua itu adalah sinyal dari proses kemunduran dan keredupan kamp Barat."

Bertolak belakang dari apa yang terjadi di Barat tersebut, beliau menganggap bahwa apa yang terjadi di negara-negara Islam saat ini justru mengalami peningkatan yang menjanjikan dan berkata, “Pertumbuhan pasukan perlawanan di wilayah-wilayah Islam yang paling sensitif, pertumbuhan kemampuan defensif dan ofensif mereka, meningkatnya kesadaran, motivasi, dan harapan di tengah bangsa-bangsa Muslim, tumbuhnya kecintaan pada slogan-slogan Islami, berkembangnya sains, tumbuhnya semangat mandiri dan berdikari di antara bangsa-bangsa, merupakan sinyal baik yang mengabarkan masa depan yang cerah”.

Dengan menekankan akan perlunya negara-negara Muslim untuk bersatu yang berarti (sinergitas) semua negara, dan masa depan al-Quds al-Sharif, Ayatullah Khamenei mengatakan, “Sinergitas kaum Muslim pada masalah al-Quds al-Sharif adalah mimpi buruk musuh Zionis dan para pendukungnya di Amerika dan Eropa. Gagalnya prakarsa "Kesepakatan Abad" dan kemudian upaya normalisasi hubungan beberapa pemerintahan Arab yang lemah dengan rezim penjajah, merupakan upaya putus asa untuk melarikan diri dari mimpi buruk tersebut.”

Pemimpin Revolusi Islam Iran menekankan, “Saya katakan dengan tegas upaya ini tidak akan berhasil, gerakan ke arah keruntuhan dan keredupan rezim musuh Zionis telah dimulai dan tidak akan pernah berhenti!”

Beliau menyebut "Berlanjutnya perlawanan di wilayah Palestina serta penguatan garis jihad dan syahadah" dan "Dukungan global dari pemerintah dan bangsa-bangsa Muslim di seluruh dunia kepada para mujahidin Palestina" sebagai dua faktor penting yang menentukan masa depan. Terkait hal ini, beliau menambahkan: "Gerakan global ini sudah pasti akan meniadakan konspirasi musuh. Semua –para negarawan, intelektual, ulama, partai dan kelompok, pemuda yang energik, dan lapisan lainnya– harus menemukan posisinya dalam gerakan global ini dan memainkan peran di dalamnya.”

Ayatollah Khamenei mendedikasikan bagian lain pidatonya dalam bahasa Arab yang beliau khususkan untuk para pemuda Arab.

Beliau menyapa semua orang-orang Arab yang merdeka, terutama para pemuda, para pejuang tangguh Palestina dan Yerusalem, Murabitun (para pelindung) Masjid Al-Aqsa, dan beliau juga mengirim salam untuk para syuhada perlawanan, terutama Syaikh Ahmad Yassin, Sayid Abbas Mousawi, Syahid Fathi Syaqaqi, Syahid Imad Mughniyah, Syahid Abdul Aziz Rantisi, Syahid Abu Mahdi al-Muhandis, dan akhirnya figur terkemuka para syuhada perlawanan, Syahid Qasim Sulaimani.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menyatakan bahwa perjuangan rakyat Palestina dan dengan darah murni para syuhada telah mengibarkan bendera perlawanan dan meningkatkan kekuatan batin jihad Palestina ratusan kali lipat, dan berkata, "Dulu pemuda Palestina membela diri dengan melempar batu, dan sekarang membalas musuh dengan meluncurkan rudal cerdas.”

Beliau menekankan bahwa walau selama 70 tahun pendudukan, rasisme, pembunuhan, penjarahan, pemenjaraan, dan penyiksaan terhadap orang-orang terhormat; namun semua itu tidak akan dapat mengalahkan keinginan rakyat Palestina. Beliau menyatakan, “Palestina tetap hidup dan melanjutkan jihad! Dan dengan pertolongan Allah, akhirnya ia akan mampu mengalahkan musuh jahat. Al-Quds al-Sharif dan seluruh Palestina adalah milik rakyatnya dan akan kembali kepada mereka.”

Ayatullah Khamenei menganggap bahwa semua pemerintah dan bangsa-bangsa Muslim bertanggung jawab atas perjuangan Palestina dan menambahkan, "Tentu saja, poros jihad berada di tangan orang Palestina sendiri, yang saat ini berjumlah sekitar 14 juta orang di dalam dan di luar wilayah ini. Persatuan dan kesatuan tekad dari komunitas ini mampu melakukan sebuah pekerjaan besar!”

Pemimpin Revolusi Islam Iran menyebut persatuan sebagai senjata terbesar Palestina dan menekankan pelestariannya dalam komunitas Palestina. Beliau mencatat bahwa poros persatuan ini haruslah melakukan jihad internal dan tidak menaruh kepercayaan terhadap musuh. Selain itu, musuh utama rakyat Palestina -yaitu Amerika Serikat, Inggris dan Zionis yang jahat-, hendaknya tidak menjadi sandaran kebijakan Palestina.

Dengan menekankan strategi terintegrasi semua warga Palestina di Gaza, Yerusalem, Tepi Barat, wilayah 1948 dan kamp-kamp pengungsi, beliau menambahkan, "Semua warga Palestina membentuk satu kesatuan dan setiap bagian harus membela bagian lainnya dan menggunakan instrumen-instrumen yang mereka miliki ketika mereka ditekan!”.

Dengan mengutip beberapa contoh yang menjanjikan dari pergeseran keseimbangan kekuasaan yang terus berpihak pada rakyat Palestina dan kelemahan rezim Zionis yang semakin parah yang mencakup segalanya, Ayatullah Khamenei mengatakan, “Tentara Zionis, yang menyatakan dirinya sebagai 'tentara yang tidak akan pernah gagal' , sekarang telah menjadi ‘tentara yang tidak pernah melihat kemenangan’! Situasi politiknya memaksa mereka menggelar empat pemilu dalam dua tahun. Situasi keamanannya secara beruntun mengalami kegagalan, dan meningkatnya keinginan orang Yahudi untuk pergi telah menjadi hal yang memalukan bagi rezim arogan itu!”

Pemimpin Besar Revolusi menyebut upaya rezim Zionis yang didukung AS untuk melakukan normalisasi dengan beberapa negara Arab yang lemah adalah sebagai tanda lain dari kelemahan rezim tersebut dan berkata, “Hubungan ini tentu saja ini tidak akan membantu rezim Zionis. Puluhan tahun lalu, mereka menjalin hubungan dengan Mesir. Sejak hari itu hingga sekarang, rezim Zionis menjadi jauh lebih rentan dan lebih lemah.”

Beliau menambahkan, "Tentu saja, negara-negara tersebut juga tidak akan mendapatkan keuntungan dari hubungan ini. Musuh Zionis akan merampas kekayaan atau tanah mereka serta menyebarkan kerusakan dan ketidakamanan di (tengah-tengah) mereka!”

Ayatullah Khamenei menekankan, “Ulama Islam dan Kristen harus mengumumkan normalisasi sebagai haram hukumnya, dan para intelektual serta orang-orang merdeka harus menjelaskan kepada semua orang tentang hasil dari pengkhianatan ini, yang merupakan penikaman dari belakang bagi Palestina!”

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menganggap peningkatan kemampuan Front Perlawanan sebagai kebalikan dari tren penurunan rezim perampas dan berkata, “Meningkatnya kekuatan pertahanan dan kekuatan militer, kemandirian dalam membangun senjata yang efektif, kepercayaan diri para mujahidin, tumbunya kesadaran para pemuda, melebarnya lingkaran perlawanan di seluruh Palestina dan sekitarnya, bangkitnya pemuda baru-baru ini dalam membela Masjid al-Aqsa, serta terefleksinya perjuangan dan ketertindasan bangsa Palestina di tengah opini publik di berbagai belahan dunia, menandakan masa depan yang cerah!”

Beliau menyebut logika perjuangan Palestina -yakni "referendum semua penduduk asli Palestina untuk menentukan sistem politik negara"- sebagai logika yang progresif dan menarik. Beliau menjelaskan bahwa menurut logika ini -yang juga telah dicatat oleh Republik Islam Iran dalam Dokumen PBB-, pejuang Palestina dapat mengadakan referendum dengan partisipasi semua penduduk asli Palestina dari etnis dan agama apa pun, termasuk para pengungsi Palestina, yang dari hasil referendum ini akan menentukan sistem politik negara. Sistem politik ini akan memulangkan pengungsi ke dalam (tanah airnya) dan memutuskan nasib orang-orang asing yang menumpang di situ.

Ayatullah Khamenei menekankan pengejaran tuntutan yang progresif yang tidak dapat diganggu gugat ini yang tentu juga berdasarkan pada demokrasi yang berlaku, dengan mengatakan, “Para mujahid Palestina harus melanjutkan perjuangan yang sah dan bermoral mereka terhadap rezim penjajah sedemikian rupa sehingga tuntutan ini diterima!”

 

700 /